Senin, 03 Desember 2018

Bahan Pangan Mocaf dengan Pengering Model Hybrid - Dita Tris Widiyastuti - 522017071

Bahan pangan merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat, sehingga ketersediaan bahan pangan tersebut di dalam rumah tangga harus selalu tersedia setiap saat. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan pangan dalam penyediaannya terfokus dari padi, padahal komoditas lain tidak kalah pentingnya untuk diproses menjadi bahan pangan (diversifikasi pangan) sehingga ketahanan pangan dapat terjaga.diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga bisa memperbaiki gizi untuk mendapatkan munusia yang berkualitas dan berdaya saing. Penganekaragaman (diversifikasi) pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga dan individu.
Dalam diversifikasi pangan salah satu dari komoditas ubi kayu dapat diproses menjadi mocaf. Mocaf (modified cassava flour) merupakan bahan baku untuk membuat berbagai jenis pangan setelah melalui proses pengolahan. Mocaf dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. Mocaf tidak hanya bisa dipakai sebagai bahan pelengkap, namun dapat langsung digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery, cookies, brownis, hingga makanan semi basah. Dalam proses pengolahan berbagai jenis pangan dari bahan baku mocaf tersebut juga bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dalam produksi pembuatan mocaf.
Teknologi mesin pengering mocaf
Dengan dukungan teknologi mekanisasi pasca panen sangat penting untuk menjamin ketersediaan bahan pangan berupa tepung singkong (mocaf) sepanjang tahun serta untuk meningkatkan kualitas produk olahannya. Salah satu teknologi pasca panen tepung singkong adalah pengeringan. Dalam hubungannya dengan pengeringan chip mocaf, pada tahun 2014 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Universitas Diponegoro dan Bappeda Kabupaten Wonogiri telah mengintroduksikan rancangan mesin pengering type hybrid di salah satu desa yaitu Desa Girimarrto, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Mesin pengering type hybrid dapat memproses mengeringkan chip basah mocaf dengan kapasitas 1,2 ton. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan dari chip mocaf basah dengan kadar air 94% menjadi minimal 14% sesuai dengan SNI mocaf dan dengan waktu yang dibutuhkan selama 8 jam.
Proses pembuatan tepung mocaf relatif mudah, dapat dilakukan dengan skala rumah tangga hingga skala industri. Dalam pembuatannya terdapat alur yaitu sortasi ubi kayu, pengupasan, pencucian, perendaman, fermentasi, pengepresan, pengeringan penepungan, pengayakan, sampai menjadi mocaf. Dimulai dari sortasi ubi kayu kemudian pengupasan dengan pisau, kemudian pencucian menggunakan air, kemudian perendaman sampai ubi kayu tertutup air dalam bak, kemudian pengirisan ubi kayu menggunakan alat perajang yang berguna untuk memperkecil ukuran ubi kayu, kemudian fermentasi dengan melibatkan mikroorganisme, kemudian pengepresan untuk mengurangi kadar air pada chip hasil irisan sehingga pengeringan lebih cepat, kemudian pengeringan menggunakan teknologi mesin pengering type hybrid. Setelah kadar air turun langkah selanjutnya adalah penepungan yaity proses mengecilkan ukuran chip kering menjadi bentuk tepung melalui penggilingan, kemudian pengayakan untuk memisahkan ukuran partikel sehingga menjadi sama ukuran butiran tepung mocaf tersebut yaitu 100 mesh (ukuran standar SNI).

Mesin pengering type hybrid




Sumber : Sularno. “Menyediakan Bahan Pangan Melalui Industri MOCAF dengan Pengering Model Hybrid”. Warta Inovasi, 2016 hlm 57.





Alasan : untuk memenuhi tugas akhir praktikum sistem informasi pertanian serta mengulas kembali inovasi teknologi mesin pengering hybrid untuk mocaf supaya dapat diterapkan kembali dengan lebih banyak di berbagai daerah. 

Minggu, 02 Desember 2018

MEKANISASI REAPER BINDER


MEKANISASI REAPER BINDER

Mekanisasi Tepat Guna Pada Tanaman Padi
Teknologi tepat guna secara sederhana diartikan sebagai teknologi yang dapat dibuat atas dasar ketersediaan komponen lokal, dan dapat dikembangkan oleh sumber daya manusia lokal pula (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1994). Jika dikaitkan dengan keberadaannya maka hand tractor, power thresher, pedal thresher, alat penyemprot hama merupakan alsintan yang seluruh komponennya hampir dapat diciptakan dan dikembangkan secara lokal.
Beberapa jenis alsintan yang sudah digunakan di Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
Saat melakukan pengolahan lahan pada umumnya menggunakan alat bajak singkal kemudian dilanjutkan dengan menggunakan alat garu (garpu)  untuk menggemburkan dan meratakan lahan. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi dan zaman sekarang petani dapat menggunakan teknologi canggih seperti traktor. Penggunaan traktor saat ini sudah menjadi kebutuhan utama petani untuk mengolah tanah, mengingat pengolahan tanah dengan tenaga buruh dianggap menjadi semakin mahal. Hal ini seiring juga dengan berkurangnya ketersediaan tenaga kerja karena telah beralih profesi ke non pertanian serta meningkatnya upah buruh disamping lamanya waktu pengolahan tanah. Kondisi tersebut mendorong petani untuk menggunakan tenaga traktor dan mesin perontok padi. Hasil ini tampak dari tingkat adopsi traktor yang meningkat dari 15,2% pada tahun 1990 menjadi 19,4% pada tahun 1993, sedangkan tingkat adopsi mesin perontok padi meningkat lebih tinggi yaitu dari 15,4% menjadi 25,6% (Ananto dan Astanto, 2000). Namun demikian peningkatan permintaan akan jasa mesin perontok pada tingkat ketersediaan kapasitas pelayanan yang relatif rendah tersebut mengakibatkan pula peningkatan sewa riil dari mesin perontok padi di pedesaan.
Teknologi mekanisasi panen yang sudah ada saat ini adalah reaper, reaper binder, stripper, combine harvester. Hasil pengujian teknologi tersebut memberikan angka susut bervariasi dari angka 0,1% sampai maksimum 2% pada reaper (Balai Besar Alat Dan Mesin Pertanian, 1999). Umumnya alat yang banyak dijumpai saat melakukan  pemanenan adalah sabit, baik sabit biasa maupun bergerigi. Penggunaan sabit sebagai alat panen karena perontokan padi 6 akan dilakukan dengan cara banting (gebot).
Karena adanya  teknologi alsintan berupa alat panen bermesin merupakan harapan dari setiap petani padi. Mesin panen padi seperti reaper dan stripper dapat digunakan di lahan yang waktu panennya bertepatan dengan musim kemarau pada penanaman kedua. Sistem kerja mesin reaper adalah memotong batang padi dan hasil potongan dilepaskan ke samping mesin berjalan, sehingga masih menggunakan tenaga kerja manusia untuk mengumpulkannya, walau kondisi lahan sedikit berair, mesin reaper masih dapat dioperasikan.
Cara kerja mesin panen stripper adalah dengan merontokkan gabah yang masih ada di batang padi dengan cara menyisir malai langsung di pertanaman dan gabah yang terontok dimasukkan ke dalam bak penampung. Apabila bak telah terisi penuh maka dilakukan pergantian bak penampung lain yang sudah disiapkan sebagai cadangan untuk menghindari kehilangan waktu kerja mesin.


sumber
https://drive.google.com/file/d/1hAPWuo94YLSCjwgIA1K766Yu-2Dz8fMN/view


Rabu, 07 November 2018

Penanaman Padi Menggunakan Sistem Dapog dan Alat Tanam Rice Transplanter


     Dapog/tray adalah tempat tumbuhnya bibit padi yang ditanam secara acak dengan cara ditabur pada media tumbuh untuk disemaikan. Persemaian dengan sistim dapog umumnya dilakukan apabila penanaman dengan menggunakan alat tanam Rice Transplanter
    Dalam kegiatan budidaya pertanian sampai saat ini benih/bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan terhadap produksi, karena selain menjadi salah satu faktor penentu yang harus disiapkan sebagai bahan yang akan menghasilkan, juga dalam penyediaannya tidak dapat dipandang mudah walaupun aspek lain dalam budidaya mendukung, tanpa didukung oleh penyediaan bibit yang baik maka sulit dicapai hasil yang optimum.
    Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi dalam mempersiapkan bibit yang siap tanam. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya untuk pertanaman produksi benih, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
     Salah satu titik kritis tanam bibit menggunakan mesin tanam pindah bibit padi (Rice Transplanter) adalah pembuatan persemaian karena memerlukan bibit khusus. Cara pembuatan persemaian berbeda dengan persemaian yang biasa dilakukan saat ini (konvensional).
Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam pembibitan dengan system dapog:
a) Persiapan Tanah : Saringan (1,5 m x 2,0 m # mesh 0,5 cm), Skop dan Martil.
b). Pemilihan Benih: Benih (berkualitas baik), Garam, Telur (1 butir) dan Ember.
c) Persemaian/Pembibitan : Tray/kotak semai, Alat siram (gembor), Timbangan,  Karung Plastik/Terpal, Alat seeder/sowing manchine, Pupuk (NPK: 2-3 gram/tray, Daun pisang/jerami dan  Paranet (2,0 m x7,0m /40 trays).
      Perlakuan benih perlu dilakukan sebelum benih disebar ke pesemaian agar pertumbuhan benih sehat , kuat dan seragam sehingga memenuhi kebutuhan benih per satuan luas tanam sehingga sasaran peningkatan produksi tercapai secara optimum. Sebelum melakukan persemaian seleksi benih sangat perlu dilakukan untuk memisahkan antar benih yang bernas dan benih yang hampa. Benih dengan berat jenis lebih tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya kecambah dan Vigor) yang lebih tinggi, serta pertumbuhan dilapang yang lebih cepat dan seragam.
     Adapun tahapan Seleksi Benih: a). Larutkan 500 gr garam dalam 10 liter air, b). Masukkan 1 butir telur utuh, c). Masukkan benih, d). Buang benih yang mengapung, e). Ambil benih yang tenggelam, f). Bilas benih dengan air (2x), g). Rendam benih dalam air selama 2 hari.
    Media dalam persemaian/pembibitan padi dengan sistem dapog merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Tanah yang dipergunakan dalam media semai padi dengan tray/dapog adalah tanah yang subur berasal dari pekarangan yang bebas dari tumpukan sampah atau tanah sawah. Tanah dikeringkan hingga kering betul selanjutnya di hancurkan sampai lembut kemudian disaring dengan kawat saring ukuran 0,5 cm, kemudian Tanah dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan  4:1      (3 liter tanah/tray) terdiri dari 2,25 liter tanah + 0,75 liter pupuk organik atau Nitrogen 1gr/tray, Phosphate, 1 gr/tray Kalium, 1 gr/tray, kemudian diaduk rata.
     Persemaian dengan sistem Dapog/tray adalah merupakan tempat tumbuhnya bibit padi yang ditanam secara acak dengan cara ditabur pada media tumbuh untuk disemaikan. Ukuran dapog untuk mesin Jarwo Transplanter mempunyai lebar 18,3 cm dan panjang sekitar 58 cm. Cara penyemaian dapog dapat dilakukan langsung di lahan basah (sawah) ataupun di pekarangan rumah. Kebutuhan benih per dapog persemaian adalah 90 -100 gram. Tebal media tumbuh untuk persemaian yaitu 2–3 cm. Umur bibit yang dapat ditanam berkisar 15 –20 hari setelah semai dan tinggi bibit yang disarankan mencapai 15 –20 cm, 
     Untuk menabur benih pada dapog/tray yang selain disebar langsung dengan menggunakan tangan juga dapat dilakukan dengan  menggunakan Alat Penabur Benih (Seeder). Adapun tekninknya adalah :  a). Rel terbuat dari kayu uk. 5 x 7 cm sebanyak dua batang yang lurus dan dihaluskan atau rel dari besi siku uk. 4 x 4 cm sebanyak 2 batang, b). Atur dapok/tray yang sudah diisi media, c). Letakkan rel pastikan tepi dapok sesuaikan dengan lebar alat, pastikan pada kondisi lurus dan berada di tengah (center) (sesuai pada gambar), d). Atur lebar pengeluaran benih padi, sebelumnya lakukan kalibrasi, e). Tutup dengan tanah dengan menggunakan alat seeder, f). Tutup dengan daun pisang kemudian ditutup lagi dengan terpal/karung plastik tindih dengan kayu agar tidak terlipat terkena terpaan angin, biarkan selama 3-4 hari selanjutnya penutup dibuka, lalu disiram air sampai basah atau diairi setinggi 2-5 cm, 
    Selanjutnya adalah Pemeliharaan Pembibitan/Pesemaian: a) Pemeliharaan setelah pesemaian umur 4 hari setelah semai (HSS) yaitu: bila tempat pesemaian dilahan pekarangan setiap hari perlu penyiraman secara intesif. b). Cara pemeliharaan pesemaian dilahan sawah. Masa kecambah, atur ketinggian air dibawah tray/dapok.  Masa pertumbuhan daun, atur ketinggian air sama dengan guludan jika penyemaian disawah. Seletah itu pada umur 15 – 20 hari dengan tinggi sekitar 12 – 17 cm maka dapat pakai untuk ditanam menggunakan alat tanam rice transplanter.
    Rice transplanter adalah inovasi teknologi mesin tanam pindah bibit pada tanaman padi. Mesin Rice Transplantar berpeluang dapat mempercepat waktu tanam bibit padi dan mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi pada daerah-daerah tertentu. Dalam budidaya padi, salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan tanam bibit padi (tanam bibit pindah). Kegiatan tersebut memerlukan tenaga kerja sekitar 25% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja budidaya padi. Petani dalam pelaksanaan usahatani padi masih menanam bibit padi secara manual dengan tenaga manusia. Permasalahan tentang kelangkaan tenaga kerja tanam padi mulai terjadi di beberapa sentra produksi padi. Meskipun seluruh areal lahan sawah dapat ditanami namun tidak tepat waktu. Hal tersebut disebabkan karena telah mulai terjadi keterbatasan tenaga kerja tanam. Keadaan demikian tentunya sangat memprihatinkan bagi pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan. Dengan adanya kelangkaan tenaga kerja khususnya penanaman padi menyebabkan jadwal tanam sering mundur dan tidak serempak sehingga berpengaruh terhadap indeks pertanaman padi, ganguan OPT yang akhirnya berpengaruh terhadap produksi padi. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini mulai diperkenalkan dan dikembangkan mesin tanam pindah bibit padi (rice transplanter).
Inovasi teknologi rice transplanter merupakan inovasi teknologi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus dengan umur tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam, mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oleh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung. Selain itu rice transplanter juga memudahkan dalam penanaman.



Alat Dan Mesin Pertanian

ALAT DAN MESIN PERTANIAN 
DI DESA GLURANPOSO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK


1.      Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai seorang petani. Begitu banyaknya pulau dan daratan membuat bidang pertanian berkembang dengan sangat pesat. Dukungan iklim dan cuaca yang baik juga menjadi faktor pendorong kemajuan sektor pertanian. Upaya meningkatkan hasil pertanian, menggunakan alat dan mesin pertanian merupakan solusi yang tepat.
Teknologi tidak dapat dipisahkan di dalam kehidupan manusia. Kehadiran teknologi dapat mempermudah seluruh bidang kehidupan manusia. Begitu halnya dengan bidang bercocok tanam,(Ali, Hosir, & Nurlina, 2017). Sudah sejak dahulu sektor pertanian sebagai penopang perekonomian negara. Sampai saat ini pun sektor pertanian masih tetap menyumbang devisa yang cukup besar bagi perekonomian negara. Bahkan pada saat Indonesia dilanda krisis ekonomi yang menghancurkan perekonomian negara, sektor pertanian melalui agribisnis dan agroindustri justru dapat terus berkembang menjadi penyelamat perekonomian negara. Namun, dengan sumber daya yang melimpah, proses perkembangan dan modernisasi sektor pertanian Indonesia berjalan sangat lambat.
Salah satu indikatornya yaitu produktivitas pertanian yang cenderung menurun dan petani sebagai ujung tombaknya sebagian besar berada di bawah garis kecukupan. Penyebabnya antara lain penerapan teknologi disektor pertanian yang masih rendah.
Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Pembangunan pertanian tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan secara beriringan saling mengikat. Dalam pembangunan | Alat dan Mesin Pertanian 3 pertanian tentu akan sangat berbeda dalam segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi dibandingkan memakai cara tradisional. Teknik pertanian meliputi usaha tani (teknik penanaman, pemupukan, pengairan perlindungan tanaman secara terpadu, (Ali, 2015). Pasca panen (pengolahan hasil pengenalan alat perontol yang dapat menekan kehilangan hasil, penyimpanan hasil pertanian yang dapat meningkatkan kualitas produk pertanian ) dan teknologi yang digunakan dalam pertanian.
Desa Gluranploso adalah salah satu desa yang sudah menerapkan alat dan mesin pertanian dalam teknik pertanian, mulai dari penggunaan alat tradisional, semi mekanis dan mesin modern. Salah satu mesin pertanian yang banyak digunakan adalah perontok padi dan traktor.

2.      Mesin pertanian
2.1.   Mesin Pengolahan Tanah (Traktor)
Hasil gambar untuk traktorPada awalnya sumber tenaga yang dipergunakan untuk menggerakkan alat pertanian sebagian besar dilakukan oleh manusia, kemudian seiring perkembangan jaman, posisi ini sebagian digantikan oleh ternak dan mesin-mesin. Salah satu sumber tenaga penggerak tersebut ialah traktor tangan. Traktor tangan sekarang ini sangat luas penggunaannya di tingkat petani, karena disamping pengoperasiannya yang sederhana, traktor tangan juga dapat diperoleh dengan harga yang cukup terjangkau. Traktor tangan seperti halnya mesin-mesin pertanian lainnya, dalam penggunaannya dibutuhkan penanganan khusus sehingga traktor tangan dapat mencapai kerja yang optimal dan aman.
Fungsi dan Kegunaan Traktor Pada saat ini traktor digunakan untuk berbagai keperluan. Penggunaan yang paling banyak ialah untuk pengolahan tanah, karena memang pekerjaan pengolahan tanah adalah | Alat dan Mesin Pertanian 5 pekerjaan pertanian yang relatif membutuhkan daya yang besar dibanding pekerjaan lainnya. Selain itu traktor juga digunakan untuk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi, untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), untuk memutar perontok padi, serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai hasil pertanian.

2.2.   Mesin Perontok Padi
Kegiatan perontokan biji-bijian khususnya padi dilakukan setelah kegiatan panen (memotong tegakan batang tanaman padi menggunakan perkakas sabit atau mesin reaper).Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan secara tradisional (manual). Seacara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu yang kurang baik akibat busuk tak sempat terontok, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Selain itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama, jadi kurang efisien. Banyak bermunculan inovasi-inovasi baru dalam bidang keteknikan pertanian untuk mempermudah kegiatan dalam pertanian, seperti contohnya mesin perontok.
Hasil gambar untuk perontok padi
Cara Kerja
1. Setelah semuanya siap, hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin hidup tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
2. Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
3. Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
4. Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
5. Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin perontok.
6. Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
7. Kotoran berbentuk polong yang keluar dari pintu pelempar polong atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur dengan biji kedelai hasil perontokan, bila perlu biji kedelai ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran biji kedelai.

8. Apabila proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan (terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.
sumber:

Rabu, 24 Oktober 2018

Pertanian Organik


Pertanian Organik dan Penerapannya

Description: pertanian-organik
Pertanian Organik
Saat ini makin banyak masyarakat di seluruh dunia yang peduli akan keberlangsungan ekosistem alam. Itu sebabnya gerakan back to nature gencar digalakkan di seluruh dunia untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia itu sendiri. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pangan organik yang dihasilkan dari sistem pertanian organik. Sistem pertanian ini apabila dilaksanakan sesuai dengan aturan maka akan menghasilkan pangan yang sehat bagi tubuh sekaligus menjaga agar alam tetap lestari.
Sistem standardisasi Indonesia SNI 01-6792-2002 menyebutkan bahwa pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi yang holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.
Description: pertanian-organikUntuk melaksanakan pertanian organik pada tanaman padi, harus dilakukan dalam satu kawasan
Dalam pengertian di atas terdapat kata holistik yang artinya menyeluruh. Jadi dalam pertanian organik itu penerapan syaratnya tidak bisa setengah-setengah karena saling terintegrasi satu sama lain. Itu sebabnya di wilayah binaan saya yang sebagian besar merupakan petani komoditas pangan belum bisa menerapkan sistem pertanian organik murni karena harus dilakukan secara kawasan dalam satu kelompok.
Kita tidak bisa mengatakan kalau sawah A yang melaksanakan persyaratan pertanian organik itu sudah menghasilkan pangan organik murni karena sawah di sebelahnya masih belum menerapkan sistem tersebut. Pada saat menyemprot pestisida bisa saja residu dari sawah sebelahnya mengenai sawah A. Belum lagi aliran air irigasi yang membawa unsur hara dari pupuk sintetis di sawah sebelah masuk ke sawah A, sementara pertanian organik tidak menghendaki penggunaan pupuk sintetis.
Itu juga yang disayangkan ketika para kelompok wanita tani (KWT) binaan saya belum dikatakan dapat menghasilkan pangan organik murni walaupun sudah melaksanakan prinsip pertanian organik di lahannya. Hal ini karena lahan di sebelah KWT yang merupakan milik petani lain belum melaksanakan prinsip tersebut sehingga belum bisa dikatakan sebagai pertanian organik murni.
Description: pertanian-organik
Syarat Pertanian Organik
Untuk menghasilkan pertanian organik yang sesuai dengan standard harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu, diantaranya adalah (Balitbangtan, 2013):
1.    Penggunaan benih lokal atau benih hibrida yang telah beradaptasi dengan alam sekitar agar tahan dengan iklim lokal dan bukan benih dari hasil rekayasa genetika.
2.    Menghindari penggunaan pupuk buatan (anorganik) dan pestisida sintesis sehingga menekan pencemaran udara, tanah dan air.
3.    Mempromosikan penggunaan tanah, air, dan udara secara sehat.
4.    Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari praktik-praktik pertanian.
5.    Kesuburan dan aktivitas biologis tanah pada pertanian organik harus dijaga dan ditingkatkan dengan menanam tanaman leguminoceae (kacang-kacangan) atau menanam tanaman yang mempunyai perakaran dalam melalui program rotasi tanaman yang sesuai.
6.    Pengendalian hama, penyakit dan gulma tidak memperkenankan dengan menggunakan pestisida sintetis. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengendalian mekanis, penggunaan pestisida nabati, penggunaan musuh alami, varietas tahan, rotasi tanaman dan prinsip lain yang selaras dengan alam.
Penerapan Pertanian Organik dengan Polikultur
Selama ini yang saya tau, pertanian organik lebih banyak diterapkan pada komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Untuk komoditas pangan sendiri bukan berarti tidak mungkin, namun dibutuhkan persiapan yang lebih matang mengingat komoditas pangan merupakan kebutuhan utama. Contohnya pada tanaman padi yang masih sulit untuk diterapkan secara organik karena hama penyakitnya cukup banyak dan sangat berbahaya bagi produktivias.
Penanaman secara organik umumnya menggunakan sistem polikultur atau menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hasil yang selaras dengan alam. Misalnya menanam sayuran dengan tanaman leguminosa dan tanaman toga yang dapat membantu mengusir serangga hama di sekitar pertanaman.
Sistem polikultur, sumber: Cyber Extension – Kementerian Pertanian RI
Kelebihan sistem ini adalah selain membantu mengurangi hama penyakit beserta siklus hidupnya, pertanian organik dengan sistem polikultur juga dapat menambah kesuburan tanah, menghindari persaingan tanaman dalam memperoleh unsur hara, dan mampu menghasilkan panen yang beragam.
Nah, bagaimanakah memilih tanaman yang tepat untuk sistem polikultur? berikut adalah 3 cara memilih tanaman yang tepat untuk polikultur (Balitbangtan, 2013):
1.    Berdasarkan sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari. Tanaman yang menghasilkan bunga dan buah itu membutuhkan sinar matahari lebih banyak karena lebih membutuhkan energi fotosintesis lebih besar untuk proses berbunga dan mengisi buah. Sedangkan tanaman yang hanya menghasilkan daun membutuhkan cahaya lebih sedikit, sehingga kedua jenis tanaman ini dapat dilakukan polikultur. Contohnya adalah buncis dengan seledri bisa ditanam bersama, atau cabai dengan kangkung dan sebagainya.
2.    Berdasarkan kebutuhan unsur hara, yaitu tanaman yang memerlukan unsur nitrogen (N) lebih banyak dan tanaman yang memerlukan unsur kalium (K) lebih sedikit serta tanaman penghasil N. Contohnya adalah menanam bayam, bawang merah dan kacang tanah atau kacang kedelai secara bersamaan.
3.    Berdasarkan sistem perakaran untuk penentuan jarak tanaman. Contohnya adalah tanaman terong yang perakarannya menyebar lebih luas daripada selada sehingga dapat ditanam secara bersamaan.
Apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan standard yang ditentukan, pertanian organik memang sangat penting untuk diterapkan. Selain menghasilkan pangan yang sehat, pertanian organik sangat mendukung upaya pelestarian alam yang saat ini sedang diperjuangkan oleh seluruh masyarakat. Semoga kedepannya, semakin banyak para petani dan pelaku usaha bidang pertanian yang dapat menerapkan prinsip pertanian ini secara bersamaan.
Sumber Informasi:
Balitbangtan. 2013. Pertanian Organik, Pangan Sehat, Alam Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta: IAARD Press. 50hal.

Budidaya Cabai Ramah Lingkungan


 Image result for budidaya cabai ramah lingkungan
Salah satu dukungan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura ialah penerapan inovasi secara sistemik sebagai faktor utama peningkatan produktivitas dan efisiensi ditingkat usaha tani.adanya dukungan inovasi diarahkan untuk mengembangkan komoditas hortikultura unggulan dalam sistem agribisnis unggul dan berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. 
Cabai sendiri merupakan komoditas unggulan yang digunakan sebagai sayur mayur maupun penyedap masakan dengan prospek permintaan pasar yang cukup baik dan tingkat harga yang sangat berfluaktif artinya  tingkat harga komoditas ini sangat berpengaruh terhadap inflansi harga pada komoditas pangan secara nasional. Oleh sebab itu ketersediaan komoditas ini dipasar perlu mendapat perhatian pemerintah agar ketersediaan komoditas ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan konsumen. 
Sampai saat ini, penanganan komoditas hortikultura cabai didalam kawasan umumnya belum optimal. Padahal potensi bisnis di kawasan tersebut cukup besar. Hal ini terjadi karena adanya kendala yang dihadapi dalam pengembagan komoditas hortikultura. Kendala umum yang dihadapi adalah sifat produk yang tidak tahan disimpan dan gampang rusak, kontinuitas produk rendah, mutu produk rendah, resiko gagal panen tinggi akibat iklim, serangan hama dan penyakit, harga yang fluktuatif serta rantai pemasaran yang belum memberikan keuntungan optimal bagi petani.
Berkaitan dengan tuntutan konsumen dan persaingan pasar global, jaminan mutu dan keamanan pangan kaitanyya dengan residu pestisida dan logam berat yang kerap dijumpai dalam buah dan sayuran segar juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh produsen hortikultura. Sehingga pada akhirnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah mengadakan kegiatan temu teknis untuk menyuluhkan berbagai hal dengan tema “Peningkatan Produksi dan Mutu Komoditas Cabai melalui Teknologi Ramah Lingkungan”.
Budidaya cabai ramah lingkungan dilakukan karena revolusi hijau membawa dampak penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan. Sehingga saat ini mengakibatkan hasil pertanian cenderung menurun, serangan hama penyakit smenjadi meningkat. Selain itu pupuk dan pestisida secara berlebih mengakibatkan menjadi budaya yang negatif. Sehingga dilakukan ramah lingkungan yang berguna untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia buatan dengan target produksi pangan, lingkungan dan petani sehat, ekosistem terpelihara sehingga produksi pangan cukup dan berkelanjutan.
Komponen utama dalam budidaya cabai ramah lingkungan ini yaitu pupuk pestisida nabati, agensia hayati dan kimia terkendali yang merupakan dalam pupuk anorganik dan juga pupuk organik. Dalam pupuk organik memiliki peran yaitu sumber hara mikro, pembenah penyetabil kelembaban, penghambat pencucian unsur dan pengaktif biota tanah. Pupuk organik tersebut diperoleh dari pupuk kandang seperti sapi, kambing, dan ayam, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Pupuk tersebut diproses dengan cara dilapukkan atau didekomposisi serta diperkaya dengan Trichoderma dan PGPR.
Selain pupuk organik juga terdapat pupuk hayati. Pupuk hayati tersebut dari biota yang berguna untuk melestarikan kehidupan dalam tanah, penghasil nitrogen yaitu rhizobium, azotobakter, azospirillum, dan cyanobakter, dan juga pelarut fosfat yaitu bacilllus polymyxa, pseudomonas striata, mikroriza. Setelah semua ini diperoleh kini dilakukan pengelollan tanaman terpadu cabai dengan berbagai komponen teknologi. Komponen teknologi tersebut yaitu varietas unggul yang tahan OPT tertentu, perlakuan benih dengan cara merendam di air hangat 50°C ditambah prev N selama ±1 jam, persemaian dengan kerondong, pengolahan tanah sempurna sekitar 2 – 3 kali dan dibalik, penggunaan kapur ±1 – 1,5 sulan sebelum tanam, pemupukan berdasarkan kebutuhan hara, penggunaan mulsa MPH, menggunakan sistem tanam atau tumpangsari,  pengelolaan OPT secara terpadu, dan penanganan panen dan pasca panen yang baik.
Penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan dalam budidaya ramah lingkungan tersebut. Penggunaan tersebut dilakukan sesuai peran dan fungsinya. Untuk urea dan sumber N lainnya memiliki peran pembentuk daun, hijau daun dan tinggi tanaman dengan kebutuhan N tertinggi pada pertumbuhan sampai dengan menjelang generatif. Jika tanaman kekurangan N maka akan mengakibatkan kerdil dan kekuningan pada daun tua, daun sedikit dan kecil. Fungsi utama penggunaan urea dan sumber N lainnya yaitu penentu fotosintesa. Apabila pH larutan >7 dapat memicu volatilisasi, tetapi kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Selain itu SP36 dan sumber P lainnya memiliki peran sebagai penyimpan dan pengangkut energi (nutrisi), pertumbuhan akar dan tinggi tanaman. Apabila hal ini kekurangan maka akan memiliki gejala yaitu kerdil, daun hijau gelap dan kecil, buah tidak cepat naik. Yang terakhir yaitu KCl dan sumber K lainnya, pupuk anorganik tersebut berperan dalam pengangkutan hasil fotosintesis, memperkuat tanaman, mengeraskan kulit buah. Apabila terjadi kekurangan maka akan muncul gejala yaitu ujung daun klorosis, kerdil, daun terkulai, akar tidak sehat, dan mudah terkena penyakit jamur.
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman juga penting guna hasil yang optimal dan lebih tinggi atau banyak dalam masa panen. Hama utama tanaman cabai yaitu thrips, lalat buah, kutu daun, tungau, ulat buah, ulat grayak. Dalam pengendalian hama utama yaitu dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi lingkungan, penggunaan mulsa MPH, tanaman border dan perangkap atau perangkap kuning, penggunaan musuh alami guna mengurangi OPT, penggunaan insektisida selektif contohnya Abamektin, Metil eugenol, Spinosad, dan lainnya. Dalam penyakit virus kuning bibit yang semula sehat berubah menjadi sungkup, dapat dikendalikan mengan mengurangi sumber inokulum, sanitasi lingkungan, melakukan induksi, mengatur jarak tanam, mengatur waktu tanam, melakukan pergiliran tanaman, penggunaan mulsa MPH, penggunaan tanaman barier dan perangkap, dan melakukan pengendalian vektor.
Dengan demikian dapat disimpulkan jika akan meningkatkan produksi dan mutu komoditas cabai melalui teknologi ramah lingkungan maka hal tersebut dapat dilakukan. Dengan pengendalian OPT dan juga penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan. Sehingga melalui hal dan langkah tersebut selain produksi dan mutu meningkat maka lingkungan juga akan sehat dan bersih.




Ir. Samijan, MSc. Budidaya Cabai Ramah Lingkungan. 2016. Jawa Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.