Salah
satu dukungan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura ialah penerapan inovasi secara sistemik sebagai faktor utama
peningkatan produktivitas dan efisiensi ditingkat usaha tani.adanya dukungan
inovasi diarahkan untuk mengembangkan komoditas hortikultura unggulan dalam
sistem agribisnis unggul dan berkelanjutan yang berbasis sumber daya
lokal.
Cabai
sendiri merupakan komoditas unggulan yang digunakan sebagai sayur mayur maupun
penyedap masakan dengan prospek permintaan pasar yang cukup baik dan tingkat
harga yang sangat berfluaktif artinya tingkat harga komoditas ini sangat
berpengaruh terhadap inflansi harga pada komoditas pangan secara nasional. Oleh
sebab itu ketersediaan komoditas ini dipasar perlu mendapat perhatian
pemerintah agar ketersediaan komoditas ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
konsumen.
Sampai
saat ini, penanganan komoditas hortikultura cabai didalam kawasan umumnya belum
optimal. Padahal potensi bisnis di kawasan tersebut cukup besar. Hal ini
terjadi karena adanya kendala yang dihadapi dalam pengembagan komoditas
hortikultura. Kendala umum yang dihadapi adalah sifat produk yang tidak tahan
disimpan dan gampang rusak, kontinuitas produk rendah, mutu produk rendah,
resiko gagal panen tinggi akibat iklim, serangan hama dan penyakit, harga yang
fluktuatif serta rantai pemasaran yang belum memberikan keuntungan optimal bagi
petani.
Berkaitan
dengan tuntutan konsumen dan persaingan pasar global, jaminan mutu dan keamanan
pangan kaitanyya dengan residu pestisida dan logam berat yang kerap dijumpai
dalam buah dan sayuran segar juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan
oleh produsen hortikultura. Sehingga pada akhirnya Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah mengadakan kegiatan temu teknis untuk menyuluhkan
berbagai hal dengan tema “Peningkatan Produksi dan Mutu Komoditas Cabai melalui
Teknologi Ramah Lingkungan”.
Budidaya
cabai ramah lingkungan dilakukan karena revolusi hijau membawa dampak
penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan. Sehingga saat ini mengakibatkan
hasil pertanian cenderung menurun, serangan hama penyakit smenjadi meningkat.
Selain itu pupuk dan pestisida secara berlebih mengakibatkan menjadi budaya
yang negatif. Sehingga dilakukan ramah lingkungan yang berguna untuk
meminimalkan penggunaan bahan kimia buatan dengan target produksi pangan,
lingkungan dan petani sehat, ekosistem terpelihara sehingga produksi pangan
cukup dan berkelanjutan.
Komponen
utama dalam budidaya cabai ramah lingkungan ini yaitu pupuk pestisida nabati,
agensia hayati dan kimia terkendali yang merupakan dalam pupuk anorganik dan
juga pupuk organik. Dalam pupuk organik memiliki peran yaitu sumber hara mikro,
pembenah penyetabil kelembaban, penghambat pencucian unsur dan pengaktif biota
tanah. Pupuk organik tersebut diperoleh dari pupuk kandang seperti sapi,
kambing, dan ayam, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Pupuk tersebut diproses dengan
cara dilapukkan atau didekomposisi serta diperkaya dengan Trichoderma dan PGPR.
Selain
pupuk organik juga terdapat pupuk hayati. Pupuk hayati tersebut dari biota yang
berguna untuk melestarikan kehidupan dalam tanah, penghasil nitrogen yaitu
rhizobium, azotobakter, azospirillum, dan cyanobakter, dan juga pelarut fosfat
yaitu bacilllus polymyxa, pseudomonas striata, mikroriza. Setelah semua
ini diperoleh kini dilakukan pengelollan tanaman terpadu cabai dengan berbagai
komponen teknologi. Komponen teknologi tersebut yaitu varietas unggul yang
tahan OPT tertentu, perlakuan benih dengan cara merendam di air hangat 50°C
ditambah prev N selama ±1 jam, persemaian dengan kerondong, pengolahan tanah
sempurna sekitar 2 – 3 kali dan dibalik, penggunaan kapur ±1 – 1,5 sulan
sebelum tanam, pemupukan berdasarkan kebutuhan hara, penggunaan mulsa MPH,
menggunakan sistem tanam atau tumpangsari, pengelolaan OPT secara
terpadu, dan penanganan panen dan pasca panen yang baik.
Penggunaan
pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan dalam budidaya ramah lingkungan
tersebut. Penggunaan tersebut dilakukan sesuai peran dan fungsinya. Untuk urea
dan sumber N lainnya memiliki peran pembentuk daun, hijau daun dan tinggi
tanaman dengan kebutuhan N tertinggi pada pertumbuhan sampai dengan menjelang
generatif. Jika tanaman kekurangan N maka akan mengakibatkan kerdil dan
kekuningan pada daun tua, daun sedikit dan kecil. Fungsi utama penggunaan urea
dan sumber N lainnya yaitu penentu fotosintesa. Apabila pH larutan >7
dapat memicu volatilisasi, tetapi kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara
pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat
sangat larut.
Selain
itu SP36 dan sumber P lainnya memiliki peran sebagai penyimpan dan pengangkut
energi (nutrisi), pertumbuhan akar dan tinggi tanaman. Apabila hal ini
kekurangan maka akan memiliki gejala yaitu kerdil, daun hijau gelap dan kecil,
buah tidak cepat naik. Yang terakhir yaitu KCl dan sumber K lainnya, pupuk
anorganik tersebut berperan dalam pengangkutan hasil fotosintesis, memperkuat
tanaman, mengeraskan kulit buah. Apabila terjadi kekurangan maka akan muncul
gejala yaitu ujung daun klorosis, kerdil, daun terkulai, akar tidak sehat, dan
mudah terkena penyakit jamur.
Pengelolaan
Organisme Pengganggu Tanaman juga penting guna hasil yang optimal dan lebih
tinggi atau banyak dalam masa panen. Hama utama tanaman cabai yaitu thrips,
lalat buah, kutu daun, tungau, ulat buah, ulat grayak. Dalam pengendalian hama
utama yaitu dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi lingkungan, penggunaan
mulsa MPH, tanaman border dan perangkap atau perangkap kuning, penggunaan musuh
alami guna mengurangi OPT, penggunaan insektisida selektif contohnya Abamektin,
Metil eugenol, Spinosad, dan lainnya. Dalam penyakit virus kuning bibit yang
semula sehat berubah menjadi sungkup, dapat dikendalikan mengan mengurangi
sumber inokulum, sanitasi lingkungan, melakukan induksi, mengatur jarak tanam,
mengatur waktu tanam, melakukan pergiliran tanaman, penggunaan mulsa MPH,
penggunaan tanaman barier dan perangkap, dan melakukan pengendalian vektor.
Dengan
demikian dapat disimpulkan jika akan meningkatkan produksi dan mutu komoditas
cabai melalui teknologi ramah lingkungan maka hal tersebut dapat dilakukan.
Dengan pengendalian OPT dan juga penggunaan pupuk anorganik secara rasional
juga diperlukan. Sehingga melalui hal dan langkah tersebut selain produksi dan
mutu meningkat maka lingkungan juga akan sehat dan bersih.
Ir. Samijan, MSc. Budidaya Cabai
Ramah Lingkungan. 2016. Jawa Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jawa Tengah.
0 komentar:
Posting Komentar