Rabu, 24 Oktober 2018

Budidaya Cabai Ramah Lingkungan


 Image result for budidaya cabai ramah lingkungan
Salah satu dukungan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura ialah penerapan inovasi secara sistemik sebagai faktor utama peningkatan produktivitas dan efisiensi ditingkat usaha tani.adanya dukungan inovasi diarahkan untuk mengembangkan komoditas hortikultura unggulan dalam sistem agribisnis unggul dan berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. 
Cabai sendiri merupakan komoditas unggulan yang digunakan sebagai sayur mayur maupun penyedap masakan dengan prospek permintaan pasar yang cukup baik dan tingkat harga yang sangat berfluaktif artinya  tingkat harga komoditas ini sangat berpengaruh terhadap inflansi harga pada komoditas pangan secara nasional. Oleh sebab itu ketersediaan komoditas ini dipasar perlu mendapat perhatian pemerintah agar ketersediaan komoditas ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan konsumen. 
Sampai saat ini, penanganan komoditas hortikultura cabai didalam kawasan umumnya belum optimal. Padahal potensi bisnis di kawasan tersebut cukup besar. Hal ini terjadi karena adanya kendala yang dihadapi dalam pengembagan komoditas hortikultura. Kendala umum yang dihadapi adalah sifat produk yang tidak tahan disimpan dan gampang rusak, kontinuitas produk rendah, mutu produk rendah, resiko gagal panen tinggi akibat iklim, serangan hama dan penyakit, harga yang fluktuatif serta rantai pemasaran yang belum memberikan keuntungan optimal bagi petani.
Berkaitan dengan tuntutan konsumen dan persaingan pasar global, jaminan mutu dan keamanan pangan kaitanyya dengan residu pestisida dan logam berat yang kerap dijumpai dalam buah dan sayuran segar juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh produsen hortikultura. Sehingga pada akhirnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah mengadakan kegiatan temu teknis untuk menyuluhkan berbagai hal dengan tema “Peningkatan Produksi dan Mutu Komoditas Cabai melalui Teknologi Ramah Lingkungan”.
Budidaya cabai ramah lingkungan dilakukan karena revolusi hijau membawa dampak penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan. Sehingga saat ini mengakibatkan hasil pertanian cenderung menurun, serangan hama penyakit smenjadi meningkat. Selain itu pupuk dan pestisida secara berlebih mengakibatkan menjadi budaya yang negatif. Sehingga dilakukan ramah lingkungan yang berguna untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia buatan dengan target produksi pangan, lingkungan dan petani sehat, ekosistem terpelihara sehingga produksi pangan cukup dan berkelanjutan.
Komponen utama dalam budidaya cabai ramah lingkungan ini yaitu pupuk pestisida nabati, agensia hayati dan kimia terkendali yang merupakan dalam pupuk anorganik dan juga pupuk organik. Dalam pupuk organik memiliki peran yaitu sumber hara mikro, pembenah penyetabil kelembaban, penghambat pencucian unsur dan pengaktif biota tanah. Pupuk organik tersebut diperoleh dari pupuk kandang seperti sapi, kambing, dan ayam, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Pupuk tersebut diproses dengan cara dilapukkan atau didekomposisi serta diperkaya dengan Trichoderma dan PGPR.
Selain pupuk organik juga terdapat pupuk hayati. Pupuk hayati tersebut dari biota yang berguna untuk melestarikan kehidupan dalam tanah, penghasil nitrogen yaitu rhizobium, azotobakter, azospirillum, dan cyanobakter, dan juga pelarut fosfat yaitu bacilllus polymyxa, pseudomonas striata, mikroriza. Setelah semua ini diperoleh kini dilakukan pengelollan tanaman terpadu cabai dengan berbagai komponen teknologi. Komponen teknologi tersebut yaitu varietas unggul yang tahan OPT tertentu, perlakuan benih dengan cara merendam di air hangat 50°C ditambah prev N selama ±1 jam, persemaian dengan kerondong, pengolahan tanah sempurna sekitar 2 – 3 kali dan dibalik, penggunaan kapur ±1 – 1,5 sulan sebelum tanam, pemupukan berdasarkan kebutuhan hara, penggunaan mulsa MPH, menggunakan sistem tanam atau tumpangsari,  pengelolaan OPT secara terpadu, dan penanganan panen dan pasca panen yang baik.
Penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan dalam budidaya ramah lingkungan tersebut. Penggunaan tersebut dilakukan sesuai peran dan fungsinya. Untuk urea dan sumber N lainnya memiliki peran pembentuk daun, hijau daun dan tinggi tanaman dengan kebutuhan N tertinggi pada pertumbuhan sampai dengan menjelang generatif. Jika tanaman kekurangan N maka akan mengakibatkan kerdil dan kekuningan pada daun tua, daun sedikit dan kecil. Fungsi utama penggunaan urea dan sumber N lainnya yaitu penentu fotosintesa. Apabila pH larutan >7 dapat memicu volatilisasi, tetapi kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Selain itu SP36 dan sumber P lainnya memiliki peran sebagai penyimpan dan pengangkut energi (nutrisi), pertumbuhan akar dan tinggi tanaman. Apabila hal ini kekurangan maka akan memiliki gejala yaitu kerdil, daun hijau gelap dan kecil, buah tidak cepat naik. Yang terakhir yaitu KCl dan sumber K lainnya, pupuk anorganik tersebut berperan dalam pengangkutan hasil fotosintesis, memperkuat tanaman, mengeraskan kulit buah. Apabila terjadi kekurangan maka akan muncul gejala yaitu ujung daun klorosis, kerdil, daun terkulai, akar tidak sehat, dan mudah terkena penyakit jamur.
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman juga penting guna hasil yang optimal dan lebih tinggi atau banyak dalam masa panen. Hama utama tanaman cabai yaitu thrips, lalat buah, kutu daun, tungau, ulat buah, ulat grayak. Dalam pengendalian hama utama yaitu dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi lingkungan, penggunaan mulsa MPH, tanaman border dan perangkap atau perangkap kuning, penggunaan musuh alami guna mengurangi OPT, penggunaan insektisida selektif contohnya Abamektin, Metil eugenol, Spinosad, dan lainnya. Dalam penyakit virus kuning bibit yang semula sehat berubah menjadi sungkup, dapat dikendalikan mengan mengurangi sumber inokulum, sanitasi lingkungan, melakukan induksi, mengatur jarak tanam, mengatur waktu tanam, melakukan pergiliran tanaman, penggunaan mulsa MPH, penggunaan tanaman barier dan perangkap, dan melakukan pengendalian vektor.
Dengan demikian dapat disimpulkan jika akan meningkatkan produksi dan mutu komoditas cabai melalui teknologi ramah lingkungan maka hal tersebut dapat dilakukan. Dengan pengendalian OPT dan juga penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan. Sehingga melalui hal dan langkah tersebut selain produksi dan mutu meningkat maka lingkungan juga akan sehat dan bersih.




Ir. Samijan, MSc. Budidaya Cabai Ramah Lingkungan. 2016. Jawa Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.




0 komentar:

Posting Komentar