Rabu, 24 Oktober 2018

Pertanian Organik


Pertanian Organik dan Penerapannya

Description: pertanian-organik
Pertanian Organik
Saat ini makin banyak masyarakat di seluruh dunia yang peduli akan keberlangsungan ekosistem alam. Itu sebabnya gerakan back to nature gencar digalakkan di seluruh dunia untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia itu sendiri. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pangan organik yang dihasilkan dari sistem pertanian organik. Sistem pertanian ini apabila dilaksanakan sesuai dengan aturan maka akan menghasilkan pangan yang sehat bagi tubuh sekaligus menjaga agar alam tetap lestari.
Sistem standardisasi Indonesia SNI 01-6792-2002 menyebutkan bahwa pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi yang holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.
Description: pertanian-organikUntuk melaksanakan pertanian organik pada tanaman padi, harus dilakukan dalam satu kawasan
Dalam pengertian di atas terdapat kata holistik yang artinya menyeluruh. Jadi dalam pertanian organik itu penerapan syaratnya tidak bisa setengah-setengah karena saling terintegrasi satu sama lain. Itu sebabnya di wilayah binaan saya yang sebagian besar merupakan petani komoditas pangan belum bisa menerapkan sistem pertanian organik murni karena harus dilakukan secara kawasan dalam satu kelompok.
Kita tidak bisa mengatakan kalau sawah A yang melaksanakan persyaratan pertanian organik itu sudah menghasilkan pangan organik murni karena sawah di sebelahnya masih belum menerapkan sistem tersebut. Pada saat menyemprot pestisida bisa saja residu dari sawah sebelahnya mengenai sawah A. Belum lagi aliran air irigasi yang membawa unsur hara dari pupuk sintetis di sawah sebelah masuk ke sawah A, sementara pertanian organik tidak menghendaki penggunaan pupuk sintetis.
Itu juga yang disayangkan ketika para kelompok wanita tani (KWT) binaan saya belum dikatakan dapat menghasilkan pangan organik murni walaupun sudah melaksanakan prinsip pertanian organik di lahannya. Hal ini karena lahan di sebelah KWT yang merupakan milik petani lain belum melaksanakan prinsip tersebut sehingga belum bisa dikatakan sebagai pertanian organik murni.
Description: pertanian-organik
Syarat Pertanian Organik
Untuk menghasilkan pertanian organik yang sesuai dengan standard harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu, diantaranya adalah (Balitbangtan, 2013):
1.    Penggunaan benih lokal atau benih hibrida yang telah beradaptasi dengan alam sekitar agar tahan dengan iklim lokal dan bukan benih dari hasil rekayasa genetika.
2.    Menghindari penggunaan pupuk buatan (anorganik) dan pestisida sintesis sehingga menekan pencemaran udara, tanah dan air.
3.    Mempromosikan penggunaan tanah, air, dan udara secara sehat.
4.    Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari praktik-praktik pertanian.
5.    Kesuburan dan aktivitas biologis tanah pada pertanian organik harus dijaga dan ditingkatkan dengan menanam tanaman leguminoceae (kacang-kacangan) atau menanam tanaman yang mempunyai perakaran dalam melalui program rotasi tanaman yang sesuai.
6.    Pengendalian hama, penyakit dan gulma tidak memperkenankan dengan menggunakan pestisida sintetis. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengendalian mekanis, penggunaan pestisida nabati, penggunaan musuh alami, varietas tahan, rotasi tanaman dan prinsip lain yang selaras dengan alam.
Penerapan Pertanian Organik dengan Polikultur
Selama ini yang saya tau, pertanian organik lebih banyak diterapkan pada komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Untuk komoditas pangan sendiri bukan berarti tidak mungkin, namun dibutuhkan persiapan yang lebih matang mengingat komoditas pangan merupakan kebutuhan utama. Contohnya pada tanaman padi yang masih sulit untuk diterapkan secara organik karena hama penyakitnya cukup banyak dan sangat berbahaya bagi produktivias.
Penanaman secara organik umumnya menggunakan sistem polikultur atau menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hasil yang selaras dengan alam. Misalnya menanam sayuran dengan tanaman leguminosa dan tanaman toga yang dapat membantu mengusir serangga hama di sekitar pertanaman.
Sistem polikultur, sumber: Cyber Extension – Kementerian Pertanian RI
Kelebihan sistem ini adalah selain membantu mengurangi hama penyakit beserta siklus hidupnya, pertanian organik dengan sistem polikultur juga dapat menambah kesuburan tanah, menghindari persaingan tanaman dalam memperoleh unsur hara, dan mampu menghasilkan panen yang beragam.
Nah, bagaimanakah memilih tanaman yang tepat untuk sistem polikultur? berikut adalah 3 cara memilih tanaman yang tepat untuk polikultur (Balitbangtan, 2013):
1.    Berdasarkan sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari. Tanaman yang menghasilkan bunga dan buah itu membutuhkan sinar matahari lebih banyak karena lebih membutuhkan energi fotosintesis lebih besar untuk proses berbunga dan mengisi buah. Sedangkan tanaman yang hanya menghasilkan daun membutuhkan cahaya lebih sedikit, sehingga kedua jenis tanaman ini dapat dilakukan polikultur. Contohnya adalah buncis dengan seledri bisa ditanam bersama, atau cabai dengan kangkung dan sebagainya.
2.    Berdasarkan kebutuhan unsur hara, yaitu tanaman yang memerlukan unsur nitrogen (N) lebih banyak dan tanaman yang memerlukan unsur kalium (K) lebih sedikit serta tanaman penghasil N. Contohnya adalah menanam bayam, bawang merah dan kacang tanah atau kacang kedelai secara bersamaan.
3.    Berdasarkan sistem perakaran untuk penentuan jarak tanaman. Contohnya adalah tanaman terong yang perakarannya menyebar lebih luas daripada selada sehingga dapat ditanam secara bersamaan.
Apabila dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan standard yang ditentukan, pertanian organik memang sangat penting untuk diterapkan. Selain menghasilkan pangan yang sehat, pertanian organik sangat mendukung upaya pelestarian alam yang saat ini sedang diperjuangkan oleh seluruh masyarakat. Semoga kedepannya, semakin banyak para petani dan pelaku usaha bidang pertanian yang dapat menerapkan prinsip pertanian ini secara bersamaan.
Sumber Informasi:
Balitbangtan. 2013. Pertanian Organik, Pangan Sehat, Alam Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta: IAARD Press. 50hal.

Budidaya Cabai Ramah Lingkungan


 Image result for budidaya cabai ramah lingkungan
Salah satu dukungan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan agribisnis hortikultura ialah penerapan inovasi secara sistemik sebagai faktor utama peningkatan produktivitas dan efisiensi ditingkat usaha tani.adanya dukungan inovasi diarahkan untuk mengembangkan komoditas hortikultura unggulan dalam sistem agribisnis unggul dan berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal. 
Cabai sendiri merupakan komoditas unggulan yang digunakan sebagai sayur mayur maupun penyedap masakan dengan prospek permintaan pasar yang cukup baik dan tingkat harga yang sangat berfluaktif artinya  tingkat harga komoditas ini sangat berpengaruh terhadap inflansi harga pada komoditas pangan secara nasional. Oleh sebab itu ketersediaan komoditas ini dipasar perlu mendapat perhatian pemerintah agar ketersediaan komoditas ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan konsumen. 
Sampai saat ini, penanganan komoditas hortikultura cabai didalam kawasan umumnya belum optimal. Padahal potensi bisnis di kawasan tersebut cukup besar. Hal ini terjadi karena adanya kendala yang dihadapi dalam pengembagan komoditas hortikultura. Kendala umum yang dihadapi adalah sifat produk yang tidak tahan disimpan dan gampang rusak, kontinuitas produk rendah, mutu produk rendah, resiko gagal panen tinggi akibat iklim, serangan hama dan penyakit, harga yang fluktuatif serta rantai pemasaran yang belum memberikan keuntungan optimal bagi petani.
Berkaitan dengan tuntutan konsumen dan persaingan pasar global, jaminan mutu dan keamanan pangan kaitanyya dengan residu pestisida dan logam berat yang kerap dijumpai dalam buah dan sayuran segar juga menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh produsen hortikultura. Sehingga pada akhirnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah mengadakan kegiatan temu teknis untuk menyuluhkan berbagai hal dengan tema “Peningkatan Produksi dan Mutu Komoditas Cabai melalui Teknologi Ramah Lingkungan”.
Budidaya cabai ramah lingkungan dilakukan karena revolusi hijau membawa dampak penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan. Sehingga saat ini mengakibatkan hasil pertanian cenderung menurun, serangan hama penyakit smenjadi meningkat. Selain itu pupuk dan pestisida secara berlebih mengakibatkan menjadi budaya yang negatif. Sehingga dilakukan ramah lingkungan yang berguna untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia buatan dengan target produksi pangan, lingkungan dan petani sehat, ekosistem terpelihara sehingga produksi pangan cukup dan berkelanjutan.
Komponen utama dalam budidaya cabai ramah lingkungan ini yaitu pupuk pestisida nabati, agensia hayati dan kimia terkendali yang merupakan dalam pupuk anorganik dan juga pupuk organik. Dalam pupuk organik memiliki peran yaitu sumber hara mikro, pembenah penyetabil kelembaban, penghambat pencucian unsur dan pengaktif biota tanah. Pupuk organik tersebut diperoleh dari pupuk kandang seperti sapi, kambing, dan ayam, pupuk kompos, dan pupuk hijau. Pupuk tersebut diproses dengan cara dilapukkan atau didekomposisi serta diperkaya dengan Trichoderma dan PGPR.
Selain pupuk organik juga terdapat pupuk hayati. Pupuk hayati tersebut dari biota yang berguna untuk melestarikan kehidupan dalam tanah, penghasil nitrogen yaitu rhizobium, azotobakter, azospirillum, dan cyanobakter, dan juga pelarut fosfat yaitu bacilllus polymyxa, pseudomonas striata, mikroriza. Setelah semua ini diperoleh kini dilakukan pengelollan tanaman terpadu cabai dengan berbagai komponen teknologi. Komponen teknologi tersebut yaitu varietas unggul yang tahan OPT tertentu, perlakuan benih dengan cara merendam di air hangat 50°C ditambah prev N selama ±1 jam, persemaian dengan kerondong, pengolahan tanah sempurna sekitar 2 – 3 kali dan dibalik, penggunaan kapur ±1 – 1,5 sulan sebelum tanam, pemupukan berdasarkan kebutuhan hara, penggunaan mulsa MPH, menggunakan sistem tanam atau tumpangsari,  pengelolaan OPT secara terpadu, dan penanganan panen dan pasca panen yang baik.
Penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan dalam budidaya ramah lingkungan tersebut. Penggunaan tersebut dilakukan sesuai peran dan fungsinya. Untuk urea dan sumber N lainnya memiliki peran pembentuk daun, hijau daun dan tinggi tanaman dengan kebutuhan N tertinggi pada pertumbuhan sampai dengan menjelang generatif. Jika tanaman kekurangan N maka akan mengakibatkan kerdil dan kekuningan pada daun tua, daun sedikit dan kecil. Fungsi utama penggunaan urea dan sumber N lainnya yaitu penentu fotosintesa. Apabila pH larutan >7 dapat memicu volatilisasi, tetapi kehilangan tersebut dapat ditekan dengan cara pemberian pupuk dibenamkan, atau dengan penyiraman air irigasi, urea bersifat sangat larut.
Selain itu SP36 dan sumber P lainnya memiliki peran sebagai penyimpan dan pengangkut energi (nutrisi), pertumbuhan akar dan tinggi tanaman. Apabila hal ini kekurangan maka akan memiliki gejala yaitu kerdil, daun hijau gelap dan kecil, buah tidak cepat naik. Yang terakhir yaitu KCl dan sumber K lainnya, pupuk anorganik tersebut berperan dalam pengangkutan hasil fotosintesis, memperkuat tanaman, mengeraskan kulit buah. Apabila terjadi kekurangan maka akan muncul gejala yaitu ujung daun klorosis, kerdil, daun terkulai, akar tidak sehat, dan mudah terkena penyakit jamur.
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman juga penting guna hasil yang optimal dan lebih tinggi atau banyak dalam masa panen. Hama utama tanaman cabai yaitu thrips, lalat buah, kutu daun, tungau, ulat buah, ulat grayak. Dalam pengendalian hama utama yaitu dengan cara pergiliran tanaman, sanitasi lingkungan, penggunaan mulsa MPH, tanaman border dan perangkap atau perangkap kuning, penggunaan musuh alami guna mengurangi OPT, penggunaan insektisida selektif contohnya Abamektin, Metil eugenol, Spinosad, dan lainnya. Dalam penyakit virus kuning bibit yang semula sehat berubah menjadi sungkup, dapat dikendalikan mengan mengurangi sumber inokulum, sanitasi lingkungan, melakukan induksi, mengatur jarak tanam, mengatur waktu tanam, melakukan pergiliran tanaman, penggunaan mulsa MPH, penggunaan tanaman barier dan perangkap, dan melakukan pengendalian vektor.
Dengan demikian dapat disimpulkan jika akan meningkatkan produksi dan mutu komoditas cabai melalui teknologi ramah lingkungan maka hal tersebut dapat dilakukan. Dengan pengendalian OPT dan juga penggunaan pupuk anorganik secara rasional juga diperlukan. Sehingga melalui hal dan langkah tersebut selain produksi dan mutu meningkat maka lingkungan juga akan sehat dan bersih.




Ir. Samijan, MSc. Budidaya Cabai Ramah Lingkungan. 2016. Jawa Tengah : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.